Yang
telah pergi akan terasa sangat berarti setelah tiada atau lebih tepatnya telah
terpisah jauh oleh jarak. Semua kenangannya hanya bisa dikenang sebagai kisah
yang indah, namun kita tak pernah tau kapan waktu temu itu akan tiba. Tapi aku
percaya akan ada sebuah keajaiban yang tak pernah direncanakan, sebuah hal
indah yang akan terus ku nantikan kapapun itu. Aku Fanya dan aku yakin itu.
********
Siang
itu aku berangkat dari kota ku Bengkulu menuju ke Magelang, Jawa Tengah untuk
liburan bersama keluargaku karena mendapatkan libur kerja. Aku mengunjungi
rumah nenekku yang berada disebelah rumahku disana. Aku senang bila datang
kesana karena pemandangan yang indah, asri, sejuk, serta sapaan dan senyuman
penduduk yang ramah. Disana aku merasakan sebuah kehidupanku yang tanpa beban,
aku teramat sangat bahagia.
Aku
tiba dikampungku ini petang hari dengan selamat. Disini juga ada kakakku yang
sedang bekerja,dialah yang menemaniku menjelajahi kampung tercinta ini, padahal
aku sudah sedikit ingat sih jalan-jalan disini hehehe.
Malamnya
setelah aku beristirahat sejenak, kakakku mengajak aku untuk mencari makanan di
pinggiran jalan.
Kakakku : “mau makan apa kamu ?”
Aku :
“masa lupa sih, aku kalo kesini ya makan bakso ehee”.
Kakakku : “oh iya, yaudah kita ketempat biasa aja”.
Aku :
“oke kakk”.
Kami pergi dengan mengendarai sepeda
motor, keadaan disepanjang perjalanan sangat ramai namun jauh dari kata macet
ya. Tak lama kemudian kami pun tiba. Kami segera memesan makanan dan
menyantapnya. Setelah kenyang kami pulang kerumah untuk beristrahat.
Keesokan
harinya, aku bangun pagi untuk membantu membersihkan rumah dan menyapu halaman.
Ketika menyapu halaman aku melihat seseorang yang tak asing bagiku, aku segera
masuk dan bertanya kepada om dan pak de ku.
Aku :
“eh om, pak de itu siapa ya? kayanya aku gak asing gitu”.
Pak de : “oalah itu toh si Randi”.
Aku :
“Randi cucunya kakek itu ya pak de ?”.
Om :
“iyaa,masa gak tau sih kan dulu pernah main bareng”.
Aku :
“oalah kok sekarang bisa ganteng gitu ya”.
Pak de : “ya iyalah, dia kan tinggal di jakarta”.
Aku melanjutkan menyapu halaman dan
segera mandi. Setelah mandi kami makan bersama di rumah. Selesai makan aku
duduk di teras rumah untuk menikmati keasrian kampungku ini. Tiba-tiba Randi
yang sedang lari pagi menghampiriku, aku kaget dan terdiam. Siapa sangka
seorang pemuda tampan campuran jawa dan cina ini datang dihadapanku.
Randi :
“eh kamu Fanya kan?, udah lama kita gak ketemu ya kamu udah cantik aja.”
Aku : “cantik darimananya, kamu
kok inget aku ya aku aja rada-rada lupa gitu”.
Randi : “iyalah akukan udah ganteng
sekarang, pantes aja gak inget ehee”.
Aku : “masih aja sipit gitu kok
heheheh maap bercanda dong”.
Randi : “temenin aku yuk jalan-jalan,
kamu baru sampai sini juga kan?
Aku : “iya sih, aku juga rencananya
mau jalan-jalan.Yaudah kamu mandi aja dulu”.
Randi : “yaudah nanti aku jemput disini
ya”
Tak lama kemudian, Randi
datang menjemputku dan mengajak aku menjelajahi tempat wisata disini. Awalnya
aku agak canggung sih karena baru ketemu lagi pas udah besar gini, tapi
lama-lama terbiasa juga. Selama di perjalanan kami saling berbagi cerita. Aku
yang telah menjadi seorang pekerja kantoran sementara Randi yang sedang
mengeluti kemampuannya dibidang atlet bulu tangkis. Ia telah meraih berbagai
macam penghargaan dan juga ia adalah seorang pembisnis, siapa yang tak kagum
dibuatnya. Selain tampan ia juga memiliki karir yang bagus. Sungguh perjalanan
ini terasa sangat menyenangkan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan untuk
bertemu. Setiap mengunjungi tempat wisata kami selalu berfoto bersama dan tak
canggung juga untuk makan bersama. Perjalanan kami akhiri untuk hari ini dan
akan kami lanjutkan besok karena hari sudah sore.
Tiba-tiba ada pesan
whatsaap masuk di handphone ku, ternyata itu Randi. Aku bingung darimana ia
mendapatkan nomorku, aku tak terlalu memikirkan hal itu. Randi mengucapkan
terima kasih kepadaku karena mau menemaninya. Aku tak keberatan sama sekali
karena tujuan kami sama, lagipula kami sudah berteman sejak kecil jadi aku
biasa-biasa saja. Besoknya ia malah mengajak aku untuk pergi ke timezone
sekaligus menemai ia latihan bulu tangkis di Gor Djarum,Magelang. Aku menerima
ajakannya, lagipula aku juga ingin tau seberapa hebatnya dia dalam bermain bulu
tangkis itu, ehee.
Esok harinya, randi
menjemputku dan meminta izin kepada keluargaku. Kami langsung pergi ke tempat
tujuan. Diperjalanan aku memperhatikan Randi, ternyata ia adalah orang yang
baik, ramah, pintar dan tidak sombong lagi, buktinya dia masih ingat aku
padahal aku sedikit lupa, ehee. Eh, tak terasa udah sampai di mall, kami segera
bermain disana. Randi dan aku sepakat untuk bermain sama-sama,agar kita bisa ketawa-ketawa
bareng gitu.
Randi :
“eh main tangkep boneka itu yuk, aku juaranya loh”.
Aku :
“gak percaya aku, hebatan aku kali huuu”.
Selang beberapa menit kemudian,
Randi : “nah ini buat kamu”(kata Randi sambil memberikan
aku lima boneka sekaligus).
Aku :
“beneran jago ya, belum juga lama. Makasih ya”.
Setelah berjam-jam aku dan Randi
keluar dari Mall sambil tertawa bersama, tanpa sadar Randi ingin merangkulku,
namun aku segera menepisnya mungkin karena Randi terlalu bahagia kali ya.
Untung tidak jadi, hal itu saja sudah membuat aku salah tingkah. Aduhh malunya.
Tanpa berpikir pusing kami segera melanjutkan perjalanan ke Gor tempat Randi
latihan bulu tangkis.
Tibalah
kami di gedung latihan Randi, gedungnya besar sekali, bersih dan rapi. Katanya
Gor ini juga sering digunakan untuk
tournament Internasional. Kami berfoto didepannya sebagai kenang-kenangan
juga, ehee. Kami masuk dan mencari lokasi latihan Randi.
Randi :
“kamu jangan liatin aku terus ya, nanti aku salah tingkah lagi, ehee”.
Aku :
“halah sama aku juga kenapa harus malu, udah sana buruan”.
Randi :
“bercanda kali, yaudah aku kesana dulu”.
Ketika Randi udah mulai bermain, aku
perhatikan dia memang hebat sih, tidak salah kalo ia mau jadi atlet juga.
Mainnya juga bagus, profesional. Gantengnya nambah kalo lagi main, beneran deh.
Kalo udah istirahat mainnya, aku kasih minum sama handuk aja ke Randi, ambil
dari tasnya soalnya dia yang bawa, hehehe. Bajunya basah semua loh, jadi dia
langsung ganti bajunya itu. Kalo atlet gitu ya mainnya, sudah seperti mandi aja
basah semua sampai berucuran keringatnya. Kalo aku main sama Randi pasti kalah,
sudah dipastikan.
Kurang
lebih sudah tiga jam Randi bermain bulu tangkis, ia melihat kearahku yang sudah
sedikit jenuh ini, ehee. Randi berhasil menang loh walaupun baru latihan saja
tapi aku udah seneng apalagi dia ya, gara-gara itu aku tidak jenuh lagi. Randi
izin mau ke toilet buat ganti baju dan bersih-bersih, sementara aku duduk di
kursi penonton sambil main handphone. Setelah lama tungguin Randi, akhirnya dia
datang juga.
Randi :
“maaf lama ya Fanya”.
Aku :
“ah gak kok santai aja lagi”.
Randi :
“kita cari makan yuk”.
Aku :
“yaudah ayo”.
Kami segera masuk mobil dan
meninggalkan tempat itu untuk mencari makan malam. Diperjalanan aku memilih
untuk makan nasi goreng yang hanya bisa aku makan di Magelang ini dan Randi
juga mau makan mie godok, mi khas daerah sini juga. Tak berapa lama kami
menemukannya. Kami memesannya untuk segera disantap. Selesai makan kami
langsung pulang dan Randi langsung mengantarkan aku pulang.
*****
Hari terus berganti, tak
terasa sudah seminggu kami berkeliling didaerah ini. Selama itu aku merasakan
hal aneh terhadap Randi, apakah aku menyukainya? Rasanya tak pantas saja,
mungkin aku hanya terbawa perasaan saja karena selama ini kami selalu bersama padahal
itu hal yang biasa saja. Aku saja yang terlalu aneh kali ya, ehee. Selama ini
juga aku tau Randi yang sebenarnya, ia orang yang sederhana, suka bercanda dan
juga aku pernah masakkin dia telur dadar pakai daun bawang gitu karena katanya
itu makanan kesukaannya, tapi waktu itu garamnya kebanyakan terus asin gitu, eh
tapi dia tetap makan dan dia bilang gini, “ini
tetep enak walaupun asin, tapi tetep aku makan kok aku mau habisin malah”aku
langsung baper, dasar aku.
Kami sering lari pagi
juga selama ini, ya walaupun aku tidak sekuat dia tapi setidaknya aku olahraga.
Kami juga sering naik sepeda bareng, aku diboncengin lagi sama Randi. Seru
banget deh pokoknya, soalnya aku orang yang sangat cuek tapi semejak ada Randi
aku ketawa terus, ehee. Sampai keluarga kami bilang kalo kami pacaran,
padahalkan bukan. Mungkin kami terlalu dekat kali ya.
Esok harinya keluargaku
ingin jalan-jalan ke Yogyakarta, aku bilang ke Randi kalo dia mau ikut apa
tidak, eh Randinya mau ikut ternyata. Dimobil Randi duduk disebelah aku, aku
selalu disebelah kanan jendela biar bisa melihat pemandangan. Awalnya canggung
disebelah Randi, mau suruh dia pindah kurang enak aja, jadi yasudahlah.
Perjalanan kami cukup lama jadi kalau ketiduran itu udah pasti, tapi aku
menjaga agar tidak tidur.
Setibanya dilokasi
wisata, kami berfoto ria sambil makan-makan bersama disana. Memang tujuan utama
kami kesini ya untuk liburan, jadi kami puas-puasin liburannya. Randi terlihat
tersenyum bahagia bersama kami. Aku selalu merasa senang berada di dekat Randi,
keluargaku memang sudah mengenal Randi jadi mereka percaya bahwa Randi tak akan
berbuat jahat. Ini adalah liburan yang jauh dari bayanganku, tapi menyenangkan.
Setelah seharian kami
bersenang-senang dan mengelilingi kota Yogyakarta, akhirnya kami segera
melanjutkan perjalanan pulang. Lagi-lagi Randi duduk disampingku, padahal aku
ingin sekali tidur. Namun di perjalanan tanpa sadar aku tertidur dan kepalaku
bersandar dibahu Randi, aku tak tau apakah saat itu Randi tertidur juga atau
tidak. Karena aku selalu memeluk bantal guling sebelum tidur jadi aku memegang
tangan Randi dengan erat tanpa sadar. Akupun kedinginan pada saat itu, dengan
spontan Randi menyelimutiku dengan jaketnya. Setelah lama aku terbangun dan
kaget melihat semua itu, aku melihat keadaan apakah Randi tertidur atau tidak,
aku harus menunggu Randi tertidur untuk merubah posisiku ini. Aku malu apabila
Randi tidak tidur, pada akhirnya Randi tertidur dan aku mulai bergerak untuk
merubah posisiku. Akhirnya aku bisa juga, dan membiarkan Randi tertidur
sendiri. Akhirnya kami sampai dirumah pada malam harinya.
Keesokan harinya Randi
datang menemuiku dan mau izin untuk pulang ke Jakarta. Entah kenapa pada saat
itu aku merasa sangat berat hati melepas Randi.
Randi : ”Fanya, terima kasih karena
telah menemaniku berlibur disini dan juga telah membuat aku bahagia setiap
harinya.”
Aku : ”oh iya aku juga berterima
kasih ya, kamu udah ajak aku juga ehee”.
Randi : ”aku juga berat buat ninggalin
kamu, tapi harus gimana lagi, aku juga udah mulai suka sama kamu Fanya, kamu
menyenangkan sekali”.
Aku : “ahh, yang bener aja kamu
Randi ada-ada aja”.
Randi :“aku seriuslah Fanya, secepatnya
aku akan kembali, aku akan menghubungimu lagi ya, kamu baik-baik ya. Setidaknya
kamu udah tau perasaanku yang sebenarnya ke kamu ya”.
Aku : “aku juga merasakan hal yang
sama, tapi aku tak berharap banyak. Kamu baik-baik juga ya disana”.
Randi : “yaudah aku pergi dulu ya,
Fanya”.
Aku : “iya, hati-hati ya Randi”.
Sejak
kepergian Randi ke Jakarta, hari-hariku tak seceria dulu ketika bersamanya.
Untuk saling berkirim pesanpun sudah jarang, aku mengerti kesibukannya. Dia
juga pernah bilang kalo dia jarang buka handphone soalnya sibuk latihan dan
kerja lagipula biar lebih fokus. Aku menyikapinya dengan dewasa, kabarnya
adalah hal yang paling bahagia yang aku tunggu-tunggu walaupun itu hanya
sekedar ketikan huruf. Namun aku percaya suatu keajaiban, dan bila kami
berjodoh cepat atau lambat kami akan bertemu, kapanpun itu. Setidaknya aku amat
sangat bahagia bisa mengenalnya, walaupun hanya bertemu dalam waktu singkat,
namun setiap harinya sangat berarti untuk saat ini. Aku akan menunggu semampuku
kapan kau akan kembali menemuiku dan berbahagia bersama lagi.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BERSAMBUNG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .